Bagaimana Ilmuwan Mengukur Waktu di Alam Semesta

Bagaimana Ilmuwan Mengukur Waktu di Alam Semesta

Di bumi, kita terbiasa mengukur waktu dengan jam dan kalender. Tapi bagaimana dengan waktu di alam semesta—di mana tidak ada jam dinding, dan objek-objek bergerak dalam skala miliaran tahun cahaya? Ilmuwan memiliki cara tersendiri untuk mengukur waktu kosmis, dengan bantuan teori fisika dan fenomena alam.

1. Waktu dan Detak Kosmis: Jam Alam Semesta

Ilmuwan mengukur waktu di alam semesta menggunakan peristiwa alami yang bisa diamati dan diukur secara konsisten, seperti:

  • Pergerakan planet dan bintang

  • Penyebaran cahaya

  • Peluruhan radioaktif

  • Peristiwa astrofisika seperti supernova

Salah satu standar utama adalah radiasi latar kosmik (CMB)—jejak termal dari Big Bang yang digunakan untuk memperkirakan umur alam semesta, yaitu sekitar 13,8 miliar tahun.

2. Jam Atom: Akurasi Tinggi di Bumi dan Luar Angkasa

Untuk mengukur waktu dengan akurasi ekstrem, ilmuwan menggunakan jam atom, yang mengandalkan getaran atom cesium-133 atau strontium sebagai “detak waktu”. Jam atom ini dapat mengukur waktu dengan presisi hingga sepersextiliun detik dan menjadi standar waktu internasional.

Jam atom juga digunakan pada satelit GPS, yang harus memperhitungkan efek relativistik seperti dilatasi waktu akibat kecepatan dan gravitasi.

3. Metode Penanggalan Kosmik

Untuk mengukur umur bintang atau planet, ilmuwan menggunakan metode seperti:

  • Peluruhan isotop radioaktif (misalnya uranium-lead dating)

  • Spektroskopi bintang untuk memperkirakan usia berdasarkan kandungan kimia

  • Model evolusi bintang, yang memprediksi umur bintang berdasarkan massa dan suhu

Kesimpulan

Mengukur waktu di alam semesta tidak hanya bergantung pada jam, tetapi pada fenomena fisika yang konsisten di seluruh ruang-waktu. Dari getaran atom hingga sisa cahaya Big Bang, ilmuwan menggunakan berbagai alat dan teori untuk menyusun “kalender kosmis” dan memahami usia serta evolusi alam semesta.