Maleficent, film live-action Disney yang dirilis pada tahun 2014, memberikan sudut pandang baru pada kisah klasik Sleeping Beauty. Di dalam cerita asli, Maleficent dikenal sebagai penyihir jahat yang mengutuk putri Aurora untuk tertidur selama seratus tahun. Namun, Maleficent menggali lebih dalam, menampilkan karakter Maleficent sebagai sosok yang kompleks dan menyentuh hati, dengan cerita latar yang penuh luka dan pengkhianatan. Melalui narasi yang segar ini, Disney menyuguhkan kisah yang mengajarkan kita tentang kekuatan cinta sejati, pengampunan, dan bagaimana keindahan dapat ditemukan bahkan dalam kegelapan.
Kisah dimulai dengan masa muda Maleficent, peri kuat yang tinggal di kerajaan Moors, wilayah yang penuh keajaiban dan kedamaian. Maleficent, pada awalnya, adalah sosok yang ceria dan penuh kasih sayang, menjaga alamnya dengan penuh dedikasi. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika ia dikhianati oleh Stefan, sahabat masa kecilnya yang berambisi menjadi raja. Demi mencapai tujuannya, Stefan mengorbankan cinta dan kepercayaan Maleficent, meninggalkan luka yang mendalam di hati peri kuat ini. Pengkhianatan ini menjadi titik balik dalam hidupnya, mengubah Maleficent dari sosok yang penuh cinta menjadi sosok yang dingin dan penuh kemarahan.
Ketika Stefan berhasil merebut tahta, Maleficent membalaskan dendamnya dengan mengutuk putri Stefan, Aurora. Kutukan tersebut menetapkan bahwa Aurora akan tertidur selamanya pada usia enam belas tahun setelah tertusuk jarum pemintal, kecuali jika ia menerima ciuman cinta sejati—suatu simbol yang menurut Maleficent adalah mustahil setelah apa yang dialaminya. Dengan ini, Maleficent menghadirkan tema menarik tentang pengkhianatan dan balas dendam, tetapi juga membuka jalan bagi Maleficent untuk memahami arti cinta sejati dari sudut pandang yang berbeda.
Seiring berjalannya waktu, Maleficent tanpa disadari mulai memerhatikan Aurora, bahkan merawatnya dari jauh. Kedekatan ini membawa perubahan besar pada Maleficent. Ia mulai merasakan kembali cinta dan kasih sayang, melihat dalam diri Aurora sebuah kemurnian yang tidak dapat ia benci. Perlahan, Maleficent menyadari bahwa ia menyayangi Aurora seperti anaknya sendiri, dan ingin melindunginya dari kutukan yang ia ciptakan sendiri. Di sini, cinta sejati yang semula ia ragukan akhirnya muncul, bukan dari romansa yang tipikal, tetapi dari kasih sayang yang tulus antara seorang ibu dan anak.
Ketika Aurora akhirnya tertidur karena kutukan, Maleficent dengan penuh penyesalan mencium dahi Aurora, dan ciuman kasih sayangnya inilah yang membangunkan sang putri. Ini adalah salah satu momen paling menyentuh dalam film, mengungkapkan bahwa cinta sejati dapat muncul dari berbagai bentuk, melampaui batasan tradisional kisah cinta. Cinta Maleficent kepada Aurora menjadi bukti bahwa kebahagiaan dan kebaikan bisa ditemukan, bahkan dalam hati yang penuh luka.
Maleficent menawarkan sudut pandang yang berbeda terhadap karakter yang sebelumnya dianggap “jahat” dalam dongeng klasik, mengajarkan bahwa setiap orang memiliki cerita latar yang kompleks dan alasan di balik perilakunya. Film ini menyampaikan pesan bahwa luka dan kekecewaan bukanlah akhir dari segalanya, dan bahwa kita memiliki kekuatan untuk menyembuhkan diri dan menemukan kembali cinta dalam diri kita.
Dengan visual yang memukau dan karakter yang mendalam, Maleficent menyajikan kisah yang inspiratif dan optimis. Ini adalah cerita yang mengajak kita untuk memahami bahwa keindahan sejati bisa tumbuh dari kegelapan, dan bahwa pengampunan serta kasih sayang adalah kekuatan terbesar yang bisa menyelamatkan kita dari luka di masa lalu.